Mencoba halaman baru

rss

3 berita pendidikan

5 Opini Terbaru

» script dari http://o-om.com/

Kamis, 30 April 2009

Cerdas dan Rajin

Kakek meletakkan surat kabar yang ia baca, kemudian menatapku melewati kaca mata plusnya yang tebal.

"Apa itu cerdas?" tanyanya.
"Pandai berpikir." jawabku.
Kakek mengangguk. "Lalu apa itu rajin?"

"Suka bekerja." jawabku lagi.
"Kemarilah." Ia melambaikan tangan agar aku duduk di sisinya. Aku mendekat dan duduk di kursi di sampingnya. Melihat dari dekat wajah kakek yang diukir guratan usia tua, dibingkai sepasang mata teduh yang menyimpan selaksa kebijaksanaan.
"Nah, sekarang katakan, apa yang kau naiki kemarin waktu menuju ke rumah kakek?"
"Mobil." jawabku.
"Benar, mobil. Apa yang membuatnya bergerak?" tanya kakek
"Mm... Roda." Jawabku.
"Apakah roda hanya dapat melaju lurus ke depan?" tanya kakek lebih lanjut.
Aku menggeleng. "Tidak, roda dapat berbelok-belok. "
"Mengapa demikian?"
"Karena ada kemudinya." Jawabku lagi. Masih tak memahami apa hubungan semua ini dengan pertanyaanku tadi.

Kakek tersenyum.
"'Roda' adalah 'rajin', karena ia selalu bergerak. Itulah kewajibannya, pekerjaannya, tugas yang harus selalu ia lakukan. 'Kemudi' adalah 'cerdas', karena ialah yang berpikir, menentukan kemana roda harus berbelok, ke kanan, atau ke kiri."
"Berarti 'cerdas' lebih hebat, karena tanpa kemudi, roda tak dapat mengerti kemana harus mengarahkan lajunya!" Aku berseru.

"Begitukah? Jika tak ada roda apakah ia akan tetap hebat? Apa jadinya kemudi tanpa roda, apakah mobil tetap dapat melaju?" Kakek bertanya.

"Berarti... 'rajin' lebih hebat. Walaupun tanpa kemudi, ia masih dapat melaju." sahutku ragu-ragu.
"Dan membiarkan mobilnya menabrak segala sesuatu, karena tidak mengikuti alur jalan yang berliku?"
Aku memandang kakek.
"Cucuku... Keduanya tidak akan menjadi hebat, bila berdiri sendiri-sendiri, terpisah, tanpa mau bergabung. Karena kehebatan itu hanya muncul bila mereka saling mendukung dan bekerja sama. Kemudi yang menentukan arahnya, dan roda yang melajukan mobil sesuai tugasnya."

Kakek menatapku, "Kau tahu, apa yang membuat keduanya bekerja bersama?"

Aku menggeleng.

"Pengemudi mobilnya. Yang mengatur kemudi dan roda agar saling mendukung dan berjalan bersama. Bagaimana laju mobilmu, halus atau kasar, menabrak atau lancar, tergantung siapa yang duduk di tempat itu." jawab Kakek.

"Ia adalah hatimu." Telunjuknya terarah ke dadaku.

"Yang mengatur lajunya langkahmu. Dengannya kau memilih, apakah hanya menjadi cerdas,
atau hanya menjadi rajin, atau memutuskan mendudukkan keduanya bersisian dan saling melengkapi satu sama lain.

Secerdas apapun seseorang, sebesar apapun idenya, tak akan berguna tanpa kerja keras yang mewujudkannya menjadi nyata.
Serajin apapun seseorang, bila itu dilakukan tanpa pemikiran, hasilnya hanya akan menjadi sia-sia."
Kakek menatapku dengan bijak.

"Jadi, menurutmu, mana yang lebih hebat, menjadi cerdas atau menjadi rajin?"

"Menjadi keduanya." Kataku mantap, dengan senyum lebar membalas senyumnya.


Rabu, 29 April 2009

Food Combining

Food Combining atau Kombinasi makanan serasi (KMS) adalah metode pengaturan asupan makanan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah tubuh, khususnya yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Efek pola makan ini meminimalkan jumlah penumpukan sisa makanan dan metabolisme sehingga fungsi pencernaan dan penyerapan zat makanan menjadi lancar dan pemakaian energi tubuh lebih efisien.

Prinsip KMS sebagai berikut :
1. Mendayagunakan fungsi sistem pencernaan dengan cara menyesuaikan apa yang dimakan dengan kebutuhan Asam-Basa dan siklus alamiah tubuh agar metabolisme seimbang
2. Mengoptimalkan masukan dan penyerapan zat gizi dengan cara mengkonsumsi makanan yang serasi saja setiap kali makan.
Asam-Basa tubuh seimbang
Keseimbangan asam-basa jaringan tubuh dan darah manusia harus berada pada pH 7,3-7,5 agar tetap sehat dan berfungsi secara optimal. Di atas pH 7,8 atau di bawah pH 6,8 akan menimbulkan gangguan metabolisme, yang pada akhirnya juga gangguan pada kesehatan. Makanan pembentuk asam mengandung lebih banyak mineral non logam, contoh ; makanan protein, lemak, biji-bijian (Beras, jagung, gandum, dll) termasuk produk olahannya, kecuali susu mentah, yogurt, kacang almond, ikan belanak. Makanan pembentuk basa mengandung lebih banyak mineral logam, contoh : buah dan sayuran kecuali tomat, umbi-umbian. Menu sehari-hari masyarakat zaman sekarang umunya sebagaian besar terdiri atas makanan pembentuk asam, misal : daging, ikan, telur porsinya lebih besar daripada sayur dan buah. Gejala awal tingkat keasamannya tubuh tinggi, al : sering sakit kepala, sinusitis, mudah alergi, pilek, batuk, sakit maag, kembung, sembelit, jerawat, bisul, kulit kusam, eksim, nafas & keringat bau, sering nyeri otot & persendian, lesu kronis, kelebihan BB.
Siklus tubuh alamiah
Setiap fungsi tubuh mempunyai irama biologis yang jam kerjanya tetap dan sistematis dalam 24 jam per hari. Irama biologis sistem pencernaan kita sbb :
 Siklus Pencernaan (12 siang-8 malam)
Saat yang tepat untuk mengkonsumsi makanan padat karena pencernaan bekerja lebih aktif. Setelah pukul 8-9 malam sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan padat.
 Siklus Penyerapan (8 malam-4 pagi)
Saat untuk penyerapan, asimilasi, dan pengedaran zat makanan. Kurang tidur atau makan larut malam memboroskan energi dan mengganggu siklus ini.
 Siklus Pembuangan (4 pagi-12 siang)
Saat tubuh melakukan pembuangan sisa makanan dan metabolisme. Pada saat ini kita sebaiknya tidak makan makanan berat & pada.
Apabila salah satu aktivitas siklus ini terhambat, maka aktivitas siklus berikutnya juga ikut terhambat.

Lima unsur zat gizi
Dalam kombinasi menu seimbang unsur gizi dibagi menjadi 5, yaitu gula, pati, protein, asam dan lemak. Buah dan sayur merupakan satu-satunya kelompok makanan yang memiliki kadar air tinggi, nutrisi dan pembentuk sifat basa. Oleh sebab itu, porsi sayuran dan buah-buahan segar menempati persentase 60-70 % dari seluruh menu satu hari. Sedangkan yang 30-40 % dibagi menjadi protein, zat pati, dan lemak. Dengan demikian keseimbangan asam-basa di dalam tubuh tetap terjaga.

Komposisi menu dasar KMS (dalam 1 hari)
Terdiri atas ;
• 1 menu protein + sayuran
• 1 menu zat pati + sayuran
• 1 menu buah-buahan

Contoh menu KMS
Bangun tidur :
1-2 gelas air putih campur sedikit perasan jeruk nipis (tanpa gula)
Makan pagi (Pk. 05.30-11.30)
Aneka buah/jus buah (kecuali nangka, durian, apokat, pisang) tanpa gula sepanjang pagi/setiap 1-2 jam sekali, porsi sesuai ukuran lambung jenisnya harus bervariasi setiap hari.
Makan siang* (Pk. 12.00-14.00)
Nasi + tahu/tempe + sayur asam + lalap mentah + sambal
Makan malam* (Pk. 18.00 – 21.00)
Ayam goreng + sup sayur + rujak pengantin
Selingan sore (Pk. 15.00-16.00)
Satu/dua buah pisang segar (tanpa digoreng/direbus) atau ¾ gelas susu kedelai/yogurt atau satu sendok teht madu alam murni
* Menu makan siang dan malam boleh saling bertukar tempat

Untuk membuang racun dalam tubuh pada pola makan KMS, juga dianjurkan melaksanakan puasa jus buah dan sayuran, artinya tidak makan yang lain hanya makan buah dan sayuran segar saja selama  2-14 hari tergantung kondisi tubuh dan tingkat keasaman dalam tubuh. Para pelaksana KMS ini masih diperbolehkan mengkonsumsi suplemen. Antara lain yang diperbolehkan ialah kapsul betakaroten, vitamin E, multivitamin, vitamin C, tablet kalsium, tablet magnesium, tablet enzim.
Marilah kita mulai mengubah sikap kita menjadi lebih positif demi kesehatan dan kebugaran tubuh kita dan yang lebih jauh untuk meraih kualitas hidup yang lebih tinggi. Kombinasi Makanan Seimbang ini dapat kita rasakan hasilnya minimal dipraktekkan 5 kali dalam seminggu selama satu bulan.
Komentar :

Buku ini sangat bagus dibaca oleh remaja dan orang dewasa apalagi dipraktekkan dalam kehidupan seehari-hari. Pola makan yang terdapat pada buku ini sangat bagus bagi kita untuk menjaga stamina tubuh meskipun pada awal pelaksanaannya mungkin cukup membuat kita merasa “aneh” dengan pola makan yang baru ini.
Pun demikian pola makan tersebut dapat dijadikan metode rujukan untuk membantu penyembuhan penyakit-penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan secara medis. Manfaat lain dari pola makan ini ialah penurunan berat badan yang efektif tanpa efek samping, peremajaan, dan peningkatan energi tubuh. Kegagalan yang terjadi biasanya karena informasi yang kurang atau salah mengeni cara tepat mengikuti pola makan ini. Saya pribadi berharap dengan saya memahami buku ini dan berusaha untuk mempraktekannya, saya mengajak seluruh guru/karyawan pun ikut mempraktekkannya juga, guna mencapai kualitas hidup yang lebih tinggi serta untuk meningkatkan kinerja yang eksesnya akan membuat prestasi kerja kita menjadi lebih baik lagi. Insya Allah.

Disarikan dari :

Judul buku : Food Combining
Pengarang : Andang Gunawan
Penerbit : Gramedia
Tahun terbit : 2003
Jumlah Halaman : 179 halaman

Minggu, 26 April 2009

Continue Education 2008 Perlu dilanjutkan ?


Mochamad Ridwan, S.Pd. *)

Program Continue Education adalah wujud nyata Dinas Pendidikan Kota Surabaya untuk membentuk dan mencetak guru SD yang berkualitas dan layak mengajar. Besar manfaat yang dirasakan pengajar SD terutama yang selama ini ilmu yang mereka peroleh serasa mengalami penyegaran kembali. Manfaat yang aplikatif ini mengandung harapan agar pelatihan semacam ini perlu dilanjutkan dalam bentuk yang sama atau bahkan lebih baik dari ini dengan materi cakupan yang lain.


Mulai tanggal 19 Oktober sampai dengan 14 Desember 2008 program Continue Education yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kota Surabaya bekerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya dilaksanakan. Pelatihan ini diikuti oleh seluruh guru SD negeri dan swasta selingkup wilayah kerja Diknas Kota Surabaya terutama guru kelas jenjang kelas 4-6 SD. Pelatihan ini dilaksanakan bertempat di kampus Universitas Negeri Surabaya dengan sistematika 8 kali tatap muka / pertemuan, setara menempuh mata kuliah 2 SKS. Di akhir pertemuan diadakan ujian akhir dengan soal yang disesuaikan dengan materi pelatihan. Materi yang diberikan adalah Asesmen atau penilaian pembelajaran dan Pembelajaran Inovatif dengan tutor dosen dari Universitas Negeri Surabaya yang kompenten di bidangnya. Adanya program yang digulirkan Diknas ini semula disambut dingin oleh para guru SD dengan alasan program ini terkesan mendadak dan waktu pelaksanaannyapun bertepatan setiap hari Minggu. Tetapi kiranya karena tanggung jawab seorang pengajar untuk terus menambah ilmu dan pengetahuan serta memperoleh sertifikat penghargaan mengikuti pelatihan, maka peserta tetap mengikuti dengan antusias walaupun pelaksanaanya menyita waktu untuk keluarga.

Apa esensi dari Continue Education 2008 ini ?
Melihat dari itikad baik Pemerintah kota Surabaya dalam hal ini Diknas Kota Surabaya untuk memajukan pendidikan terutama memajukan kualitas dan kuantitas guru, mungkin inilah salah satu cara yang tepat dalam mewujudkan impian ini. Apalagi pemerintah pada tahun 2009 berencana menaikkan gaji PNS Guru menjadi minimal 2 juta per bulan, tidak berlebihan kiranya usaha menaikkan grade kualitas guru ini digulirkan. Pemerintah tidak mau kecolongan lagi dengan pengalaman–pengalaman sinis sebelumnya yang terjadi pada para pengajar ini. Guru tidak dipandang menjadi sekedar profesi yang biasa dengan penghasilan dan kemampuan yang seadanya, tetapi profesi dan kemampuan luar biasa sehingga generasi yang dibimbingnya menjadi generasi yang bisa bersaing diantara warga dunia bukan hanya sekedar berdemonstrasi apalagi disertai tindakan anarkis pengerusakan fasilitas. Untuk itu pemerintah Kota Surabaya melalui Diknas Pendidikan berusaha membuat guru-guru selalu dalam kondisi fress graduated. Salah satunya dengan diselenggarakan program continue education ini. Materi yang disampaikan dalam pelatihan inipun adalah materi yang dihubungkan dengan permasalahan sehari-hari yang selalu dihadapi oleh guru. Tujuannya jelas agar guru secara aplikatif mengamalkan ilmu yang didapat agar dunia pendidikan semakin maju berkembang.
Esensi yang kedua adalah berhubungan erat dengan program sertifikasi guru. Dengan semakin banyak guru mengikuti pelatihan-pelatihan pendidikan maka semakin banyak pula point yang dikumpulkan guru tersebut untuk mengikuti sertifikasi. Tetapi adalah naïf kiranya mengikuti pelatihan ini hanya mengharapkan sekedar kertas piagam atau sertifikat tanpa tahu dan ambil manfaat yang dibisa diaplikasikan dalam keseharian mengajar di kelas. Oleh karena itu program ini memang dirancang agar para guru khususnya guru SD bisa berkembang dan bertambah ilmu pengetahuannya.

Harapan Continue Education 2008
Bagi Diknas Kota Surabaya tentu program pelatihan ini adalah perbaikan kualitas dan kuantitas guru segera terwujud sebelum diberlakukannya anggaran 20% pendidikan oleh pemerintah yang insyaAllah rencananya mulai berjalan tahun 2009. Persiapan ini juga menjadi tantangan tersedianya guru-guru yang mampu menunjukkan prestasi di bidang akademik maupun pedagogis. Tidak menutup kemungkinan bahwa di kota Surabaya akan mempunyai beberapa guru bahkan semua yang menjadi pioner dalam percontohan guru-guru berkualitas di daerah lain. Memang benar adanya bahwa dunia pendidikan ujung tombaknya adalah guru. Ditangan guru tersebut mampu mengubah sejarah suatu bangsa. Bagi guru sendiri harapannya dengan adanya program pelatihan ini adalah pendalaman materi keguruan dan teknik-teknik penyampaian materi dalam proses kegiatan pembelajaran. Untuk pelatihan ini kebetulan materinya hanya seputar kemampuan penyampaian materi kepada siswa sebagai peserta didik, serta kemampuan menganalisis umpan balik dalam suatu proses pembelajaran. Tidak mudah bagi pengajar yang rata-rata pengalaman mengajarnya lebih dari 10 tahun tanpa pernah sesekalipun mencarge kemampuannya, bisa mengajar dengan baik. Fakta inilah yang membuktikan jika program pelatihan continue education 2008 ini perlu diikuti semua guru.
Nah apakah setelah selesai 14 Desember 2008 lalu kemudian program continue education ini dicukupkan sampai disini ? ataukah program ini hanya suatu try out bagi agenda Diknas Kota Surabaya?. Kemungkinan besar walaupun program pelatihan ini digelar tanpa sengaja, tetapi sudah menjadi hati bagi sebagian besar pengajar SD di Kota pahlawan ini. Manfaat yang diperoleh lebih besar kiranya sehingga bisa diaplikasikan di sekolah masing-masing, karena itu harapan kami sebagai guru-guru SD kiranya tidak berlebihan di tahun 2009, program pelatihan semacam ini bisa dilakukan lagi dengan materi yang berbeda sesuai dengan permasalahan-permasalahan kami yang kami hadapi di kelas. Begitupun pelayanan pihak Universitas Negeri Surabaya sebagai tempat pelatihan, bagi kami adalah menunjukkan kuantitas suatu pelatihan yang perlu diperhatikan lebih baik lagi. Memang agak terkesan tidak mengenakkan apabila terdapat oknum yang kurang ramah selama pelatihan berlangsung. Semoga semua ini mewakili ungkapan hati seluruh guru-guru SD negeri dan swasta yang mengikuti continue education 2008.

*) Guru SD Al Hikmah Surabaya

Minggu, 19 April 2009

MEMBUDAYAKAN KARYA TULIS UNTUK GURU

Mochamad Ridwan, S.Pd. *)

Begitu banyak tulisan atau buku bertemakan tentang pendidikan yang ditulis oleh seorang pakar pendidikan ataupun orang yang berkompenten dalam dunia pendidikan. Tetapi sangat jarang tulisan maupun buku-buku yang bertemakan pendidikan dikarang atau ditulis oleh seorang guru biasa. Artinya peran serta guru dalam menyumbangkan pikiran maupun ide mereka tidak disalurkan dalam bentuk tulisan.

Masih segar ingatan kita selama masa kuliah, begitu banyak tugas-tugas yang menuntut kita untuk membuat suatu tulisan, misalnya dalam laporan kunjungan, laporan praktek mengajar dan yang paling menentukan dalam kelulusan yakni karya tulis ilmiah atau skripsi. Akan tetapi setelah bertahun-tahun lulus dari bangku kuliah, kita seakan lupa akan proses pembuatan karya tulis seperti tersebut diatas. Apalagi rutinitas dan aktifitas mengajar adalah suatu pekerjaan yang sudah banyak menyita waktu. Dan hasilnya seorang guru terjebak dalam rutinitas belaka tanpa berusaha mengembangkan diri.
Dari para finalis lomba Karya Tulis Guru Tingkat Nasional tahun 2007 lalu yang diadakan Departemen Pendidikan Nasional, Propinsi Jawa Timur hanya mampu mengirimkan 23 finalis. Jumlah ini tidak sesuai dengan penghargaan Jawa Timur dalam perannya mengentaskan WAJAR 9 tahun oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Sedikitnya finalis LKTG Tingkat Nasional ini meyakinkan argumen saya tentang budaya membaca dan membuat karya tulis atau menulis untuk guru di Jawa Timur rendah sekali. Mengapa bisa begitu ?

Mengapa harus menulis
Pernyataan Prof Rahman menyentak hati nurani kita sebagai guru. Apakah kita sudah berkualitas? Tentu jawaban ini terserah pada masing-masing individu. Tetapi boleh saya mengargumentasikan kondisi pendidikan kita beberapa tahun kedepan. Saat ini dunia pendidikan atau masalah pendidikan adalah masalah yang sekian dari permasalahan negara ini. Anggaran pendidikan dalam APBNpun 20 % dari rencana awal dalam UU Sisdiknas masih tersendat-sendat. Tetapi untuk menyenangkan guru, pemerintah menjadwalkan agenda sertifikasi guru. Sertifikasi ini tujuannya adalah menjadikan guru Indonesia yang terampil, kompenten, dan profesional. Untuk menuju kesana dibutuhkan syarat-syarat yang ketat dari calon penerima sertifikasi. Satu diantaranya adalah pengembangan diri termasuk pernah membuat karya tulis, buku, artikel, ataupun laporan penelitian. Diharapkan dengan pengembangan diri seorang guru ini pengetahuan keilmuan yang terdapat di dalam diri seorang guru bisa di merger dengan peserta didik.
Menulis dan membuat karya tulis pada dasarnya adalah berawal dari membaca. Seorang guru yang merasa sudah pintar dan tidak mau membaca memperbarui ilmunya, maka guru tersebut ketinggalan 1000 langkah dari muridnya. Ibarat kata murid sudah sampai Amerika Serikat dengan naik pesawat super cepat, sedangkan guru baru saja meninggalkan halaman rumahnya menuju Amerika Serikat dengan naik Sepeda Onthel. Dengan membaca, maka guru akan menemukan sesuatu yang baru pada dirinya. Sesuatu ini diharapkan mampu membuat dirinya lebih percaya diri, terutama terhadap muridnya. Membaca pula akan menemukan permasalahan–permasalahan baru sehingga perlu dengan cepat menyelesaikannya. Atau sebaliknya bagi guru yang menemukan permasalahan-permasalahan akan cepat terselesaikan dengan pengetahuan yang dimilikinya dari membaca. Nah, bagi seorang guru yang sering dan gemar membaca akan selalu merasa tidak ketinggalan dengan ilmu yang dimiliki muridnya. Jangan dikira murid kita sekarang adalah benda hidup yang mati atau dalam bahasa kasar adalah murid-murid itu identik dengan bodoh belum tahu apa-apa. Di zaman yang serba mutakhir ini, semua akses bisa dimengerti dan dipahami murid-murid kita, walaupun mereka di jenjang SD.
Tetapi apakah kita harus mewujudkan anggaran 20 % dulu dari pemerintah, kemudian baru menciptakan suatu yang menggemparkan ? Pepatah yang tidak asing lagi ditelinga kita bisa adalah karena biasa adalah sangat cocok untuk diterapkan dan digunakan kita sebagai guru. Karena pembiasaan diri maka kita akan bisa mencapai cita-cita. Membaca adalah kunci sukses dan kemudian menuliskan kembali hasil membaca adalah kunci pengembangan diri seorang guru. Membiasakan menulis juga adalah salah satu bentuk aktualisasi ide-ide cemerlang dari seorang guru yang bermanfaat bagi dirinya dan sudah barang tentu bermanfaat bagi murid-muridnya. Sedikitnya manfaat yang diperoleh guru membuat karya tulis adalah (1) meningkatkan kompetensi pendidik dalam mengajar dan mendidik; (2) mendayagunakan dan memanfaatkan hasil kerja kreatif pendidik semaksimal mungkin; (3) meningkatkan produktifitas publikasi ilmiah pendidik; (4) point untuk sertifikasi atau kenaikan pangkat/golongan. Kalau kita sudah bisa mengambil manfaat dari pembuatan karya tulis maupun tulisan, diharapkan apa yang dikatakan Prof. Arif Rahman di atas akan terwujud. Pendidikan bangsa Indonesia akan baik kalau guru-guru Indonesia berkualitas.

Masalah apa yang perlu ditulis ?
Sangatlah mudah mencari masalah untuk ditulis sebagai karya tulis kita. Semisal di sekitar aktifitas kita sehari hari yakni masalah-masalah selama mengajar di kelas. Kita bisa menulis tentang penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang didasarkan pada identifikasi masalah nyata dan faktor-faktor penyebab masalah aktual yang dihadapi pendidik dalam pembelajarannya. Jadi penelitian ini didasarkan dari permasalahan-permasalahan riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru. Menurut Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum. kajian dalam penelitian ini meliputi masalah pembelajaran, desain dan strategi pembelajaran, alat bantu, media dan sumber belajar, sistem asesmen proses dan hasil pembelajaran, dan pengembangan pribadi peserta didik dan pendidik.
Penelitian Tindakan Kelas sendiri jarang sekali dilakukan oleh pendidik, padahal pendidik atau guru adalah orang yang terjun langsung setiap hari menangani siswa. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran; membantu pendidik mengatasi masalah pembelajaran secara terncana dan berkelanjutan; meningkatkan kerja sama profesional diantara pendidik disemua jenjang dan jalur pendidikan; dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan pendidik, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pembelajaran secara berkelanjutan. Dengan tujuan di atas kita bisa meraba-raba apa yang akan ditulis nantinya. Misalnya mengambil judul tentang peningkatan kemampuan menulis siswa kelas 5 SD Al Hikmah Surabaya dengan pendekatan komunikatif.
Masalah lain yang bisa dijadikan bahan untuk membuat karya tulis atau menulis adalah masalah-masalah atau peristiwa yang terjadi disekitar kita. Guru dituntut untuk mengetahui kondisi sekolah beserta isinya, juga dituntut mengetahui kondisi disekitarnya. Dalam hal ini guru diharapkan memiliki sikap proaktif terhadap apa yang terjadi dilingkungannya. Kajiannya bukan hanya masalah pendidikan tetapi luas sekali bisa mencakup masalah sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Sebagai contoh menulis masalah budaya, lebih spesifik tentang mengangkat kesenian Kuda Lumping. Kita bisa menulis sisi sejarahnya, pemainnya, ataupun bentuk permainnya. Hasil tulisan ini bisa dibuat sebagai media pembelajaran, ataupun dijadikan sebuah artikel yang mengangkat masalah budaya. Dampaknya tentu luar bisa bagi semua kalangan dengan hasil tulisan ini. Gampang kan?

Kapan harus menulis ?
Pemasalahan berikutnya adalah kapan kita bisa menuangkan ide-ide dalam bentuk karya tulis atau tulisan ? Adalah pada dasarnya dari diri kita sendiri. Guru yang mau maju pasti bisa walaupun setiap hari banyak sekali rutinitas yang harus dikerjakan. Kalau berbicara masalah sibuk tentu semua guru di Indonesia pasti sibuk. Tetapi diantara kesibukan kita pasti ada waktu luang atau kosong yang bisa kita manfaatkan. Sebagai contoh dalam melakukan penelitian tindakan kelas, kita melakukan penelitiannya di dalam kelas, disaat mengajar. Di saat mengajar itu kita memantau kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi siswa, metode apa yang bisa digunakan dalam menyampaikan materi, atau media apa yang seharusnya digunakan. Dengan demikian waktu lain yang semestinya untuk keluarga, tidak tersita banyak dalam membuat suatu karya tulis. Semoga kita semua bisa menjadi guru yang profesional dan berprestasi.


*) Guru SDBI AL Hikmah Surabaya

Kamis, 16 April 2009

SEBUAH BARANG LANGKA YANG BERNAMA KEJUJURAN

oleh : Siti Muniroh *)

Shock, marah, kecewa, malu, sedih dan segala perasaan bercampur aduk menjadi satu. Itu yang saya dan teman-teman rasakan saat itu, saat anak-anak kami dengan segala kejujurannya mengaku bahwa selama ini mereka kerapkali berbuat kecurangan dalam ulangan.

Bahkan muka salah satu teman saya yang biasanya tampak tenang dan sangat sabar, saat itu tampak merah padam. Bagaimana tidak? Saya tahu betapa bangganya beliau terhadap anak-anak didiknya, anak-anak yang punya kemampuan sangat baik, bahkan bisa dikatakan lebih dari teman-temen mereka di kelas lainnya. Mereka yang selama ini menjadi tonggak harapan kami. Tetapi, kenyataan pahit yang harus kami hadapi saat itu, justru mereka yang paling banyak melakukan kecurangan, mereka yang paling lihai bagaimana cara melakukan kecurangan dalam ulangan tanpa harus ketahuan.

Tetapi seperti kata pepatah, sepandai-pandai tupai melompat, sepandai-pandai kuda berlari, suatu saat pasti akan terjatuh juga. Serapat-rapatnya bangkai busuk disembunyikan pasti akan tercium juga baunya. Mungkin itu yang sedang terjadi saat itu, kelihaian mereka berbuat kecurangan dalam ulangan terbongkar sudah.

“NYONTEK”, mungkin kata ini tidak asing bagi anda, dan bisa jadi anda juga termasuk salah satu orang yang pernah melakukannya. Bahkan mungkin bagi sebagian orang karena saking terbiasanya, perbuatan satu ini menjadi sangat biasa dan seolah-olah menjadi halal dan sah-sah saja untuk dilakukan. Apalagi saat musim ujian seperti saat ini, nyontek justru menjadi trend dan tradisi. Lebih tragisnya lagi kalau inisiatif untuk nyontek tidak hanya datang dari siswa itu sendiri, tapi atas inisiatif gurunya. Na’udzubillahi min dzalik.

“PENCURI”, itu kata pertama yang disebutkan teman saya di hadapan anak-anak didik kami yang tertunduk malu dan takut seperti maling ayam yang tertangkap basah. Di sebuah ruangan yang cukup besar itu mereka berkumpul, duduk diam, hening tak ada satupun yang berani berbicara. Padahal biasanya ruangan itu tidak pernah sesunyi itu. Mereka seperti terdakwa yang sedang diadili dan siap menerima vonis apapun yang akan dijatuhkan kepada mereka.

Ya, Pencuri adalah sebutan bagi orang yang mengambil sesuatu yang bukan haknya untuk dimilikinya. Masih mending kalau yang diambil adalah sebuah barang, ayam misalnya, ketika sadar dan bertaubat pencuri itu bisa mengembalikan kepada pemiliknya, banyak memohon ampunan kepada Allah selesai masalah. Tetapi kalau yang dicuri berupa jawaban, nilai, prestasi, hak orang lain, bagaimana cara menggalikannya? Mereka ditanya bagaimana mengembalikan hak teman-teman mereka yang tergeser ke bawah karena mereka jujur, padahal mestinya mereka yang semestinya ada di kelas atas, kelas yang mereka tempati sekarang dengan hasil kecurangan. Bagaimana pula dengan para orang tua yang selama ini mereka bohongi mentah-mentah, apa mereka akan meminta maaf kepada mereka satu-persatu?

Mereka hanya terdiam, semakin menunduk, semakin merasa bersalah. Apalagi ketika diingatkan bagaimana orang tua mereka kelak mempertanggungjawabkan perbuatan mereka di hadapan Allah? Bagaimana kami para guru mereka kelak menjawab jika Allah merpertanyakannya kelak di hari kiamat? Bukankah mereka tangung jawab orang tua, tanggung jawab kami para pendidik yang menjadi orang tua kedua mereka untuk mendidik mereka dengan baik? Mereka semakin terdiam, bahkan beberapa dari mereka tampak meneteskan air mata, menangis lirih. Alhamdulillah…mudah-mudahan itu benar-benar air mata penyesalan, air mata taubat yang akan mengikis habis dosa-dosa mereka. Dengan lantunan alQur’an yang mengalir dari bibir mereka, mereka berurai airmata.
Anak-anakku, mudah-mudahan setelah ini kalian benar-benar menjadi hamba-hamba Allah yang jujur. Jangan pernah kalian mengotori hidup kalian dengan kecurangan, jangan kalian campurkan kebenaran dengan kebatilan. Jangan biarkan nila setitik merusak susu sebelanga. Berapapun yang halal akan menjadi haram jika sedikit saja kalian campurkan di dalamnya sesuatu yang haram. Orang yang baik bukan yang tidak pernah melakukan kesalahan, tetapi orang yang mau meyadari kesalahnnya dan memperbaikinya. Dan mudah-mudahan kalian semua adalah orang-orang yang seperti itu, yang mau menyadari kesalahan dan memperbaikinya.

Bagi sebagian orang mungkin yang kami lakukan berlebihan, terlebih bagi anda yang menganggap nyontek adalah hal biasa, bukan sesuatu yang besar. Tetapi bagi kami, nyontek bukan hal yang kecil, tetapi sesuatu yang sangat besar dan patut untuk dipermasalahkan. Membiarkan anak-anak kami menyontek saat ulangan atau ujian sama halnya membiarkan mereka menjadi pencuri, menjadi maling. Apa jadinya mereka kelak jika sejak kecil mereka sudah terbiasa berbuat curang, terbiasa mencuri, terbiasa mengambil sesuatu yang bukan haknya, terbiasa mengambil hak orang lain?
Mungkin para pejabat yang saat ini menjadi koruptor bukan sepenuhnya salah mereka, bisa jadi kita pendidik ikut andil di dalamnya. Mungkin ketika mereka masih kecil, ketika mereka masih di bangku sekolah, kita para pendidik lupa mengingatkan mereka pentingnya sebuah kejujuran. Kita biarkan saja mereka ketika tahu mereka berbuat curang. Bahkan terkadang untuk sebuah kata yang bernama “LULUS”, justru kita yang mengajarkan mereka untuk berbuat curang. Astaghfirullah…mudah-mudahan Engkau ampuni kesalahan kami ya Allah.

Yang kami lakukan hari itu hanyalah sedikit dari usaha kami untuk mengingatkan anak-anak kami akan pentingnya sebuah kejujuran. Kami tidak ingin kejujuran menjadi barang langka. Kami hanya ingin jika kelak menjadi apapun mereka, mereka menjadi profeional-profesional yang jujur. Kami tidak ingin mereka menjadi orang-orang yang bisa menghalalkan segala cara untuk mendaptkan keinginan mereka. Kami ingin mereka menjadi putera-putera bangsa yang kelak akan membangun bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik. Kami tidak ingin anak-anak kami menjadi para koruptor yang akan menghancurkan negeri sendiri. Naudzubillah…

Akhir kata, saya teringat sebuah ayat “Faman ya’mal mitsqala dzarratin khairay yarah, waman ya’mal mitsqaala dzarratin syarray yarah.”

“Maka barangsiapa berbuat kebaikan sebarat zarrah (biji sawi/atom)) pun, niscaya kelak dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan seberat zarrah (biji sawi/atom) pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 7-8)

Wallahu a’lam bishshawaab.

*) Guru SDBI Al Hikmah

Selasa, 14 April 2009

Cenderung menirukan apa yang dia lihat dan dengar

Alex Murgito *)


Menurut pendapat para ahli pendidikan dan psikologi, anak cenderung menirukan apa yang dia lihat dan dengar. Dia tidak akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dia lihat dan dia dengar.

Sebagai ilustrasi sederhana, anak yang terlahir dalam kondisi tuna rungu, tidak akan
bisa berbicara (berucap) sesuai dengan bahasa di lingkungannya. HAl ini karena dia tidak pernah merekam bahasa yang seharusnya digunakan dan didengarkan.
Seorang anak yang terlahir normal, jika tidak mengalami gangguan pada alat ucap, bisa berbicara dan berkomunikasi selayaknya lingkungan tempat dia tumbuh. Hal ini karena telinganya bisa merekam apa yang ada di sekitarnya. Hal itu juga terjadi pada penglihatan.
Peniruan itu, jika berlangsung terus menerus akan terekam pada alam bawah sadarnya dan terbawa sampai dia dewasa. kelak, sesuatu yang terekam di alam bawah sadar itu yang akan mempengaruhinya dalam menentukan keputusan yang harus diambil.
Alhamdulillah jika yang didengar dan dilihat adalah sesuatu yang positif, seperti bacaan Alquran, kata-kata yang memotivasi, cara bekerja keras, dan beribadah, dan lain-lain, maka, alam bawah sadarnya akan merekam sesuatu yang positif. akhirnya akan membentuk sikap positif. Sebaliknya, jika yang dia lihat dan dengar adalah hal negatif, seperti kata-kata menghujat, ekspresi marah, kata-kata kotor, dan lain-lain, tentu yang terekam pada alam bawah sadarnya adalah hal yang demikian.
MAna yang lebih bermanfaat untuk masa kehidupan ketika dia dewasa? Tentu rekaman yang positif karena itu akan membentuk sikap dan pola pikir positif.
Dengan kondisi kehidupan bangsa yang demikian (banyak hal negatif di lingkungan, seperti kata-kata kotor, mental tidak bisa menerima kekalahan, bohong, membuang sampah sembarangan, pengecut, dan sebagainya), Apakah hal positif bisa direkam?
Bisa. caranya adalah: pertama, buat kondisi positif pada lingkungan anak, mulai dari sekolah hingga rumah dan tempat bermain, seperti disiplin waktu, menjaga kebersihan, selalu melakukan yang positif, tidak berbicara kotor, dan sebagainya.
kedua, jauhkan perilaku negatif dari diri anak. salah satu caranya adalah dengan
meminimalkan hubungan si anak dngan akses televisi, media massa, dan berbagai sumber hal negatiuf.
Untuk mendapatkan kedua hal itu, sekolah dengan sistem fullday school sangat membantu.
Mengapa? alasannya, sekolah tersebut mampu menjaga anak dari pengaruh negatif karena hidup anak pada saat sadar dihabiskan dengan sistem yang positif dan mendukung perilaku positif. Sehingga hal negatif yang membahaykan tidak terekam oleh alam bawah sadar anak.

*) Guru SDBI Al Hikmah

Minggu, 12 April 2009

Mewujudkan RSDBI Di Daerah Sebagai Langkah Besar Revolusi Pendidikan

M. Ridwan *)

Keberadaan Rintisan Sekolah Dasar Bertaraf Internasional atau disingkat RSDBI di Propinsi Jawa Timur masih dapat dihitung dengan lima jari. Padahal tahun 2025 sesuai dengan visi sistem pendidikan nasional yakni menghasilkan insan Indonesia cerdas dan kompetitif tinggal hitungan waktu untuk kita lalui bersama. Usaha mewujudkan RSDBI di daerah-daerah adalah sebagai sarana belajarnya generasi-generasi yang memiliki bakat alam luar biasa yang kurang dapat perhatian serius dari semua pihak untuk disiapkan menghadapi dunia depan. Hal ini akan berdampak terjadinya revolusi dunia pendidikan Indonesia apabila mereka berhasil exelent menempuh belajar dan memperoleh pengalaman yang layak.

RSBI kemudian menjadi SBI untuk jenjang SMP atau SMA hampir di setiap daerah kabupaten/kota apalagi di kota besar diadakan. Tujuannya adalah untuk menampung siswa-siswi yang memiliki kemampuan kecerdasan lebih dalam belajarnya. Sehingga di suatu ketika bangsa ini membutuhkan akan segera disiapkan untuk digunakan membangun bangsa. Tetapi mengapa yang semarak hanyalah jenjang SMP dan SMA yang bergelar SBI ? Padahal di jenjang SD itu ada dan memang harus diadakan karena jenjang sekolah ini merupakan jenjang dasar untuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Menurut DR. Drs. M. Hoesnan, M.Pd. kepala seksi pembinaan TK-SD Dirjen Dasmen Dinas Pendidikan Nasional Jakarta, saat ini pemerintah memiliki dana yang tersedia untuk 1700an SD yang ingin melebur dirinya menjadi RSDBI. Pada tahun 2008-2009 ini masih sedikit sekolah dasar di seluruh Indonesia yang memperoleh dana tersebut.
Kita tengok sejenak apa syarat dan ketentuan untuk menjadi sekolah berlabel rintisan SDBI selanjutnya menjadi SDBI. SDBI adalah sekolah jenjang SD yang secara operasional harus berstandart internasional, artinya sekolah ini harus memiliki sarana dan prasarana serta sumber daya pengajar yang berkualitas. Sarana prasarana meliputi sekolah harus memiliki laboratorium bahasa, laboratorium computer. Kelas disiapkan memiliki kelengkapan ICT semisal seperangkat computer, televisi, player VCD/DVD, LCD, sebagai penunjang KBM. Luas wilayah lingkungan sekolah termasuk di dalamnya gedung, lapangan olah raga, tempat parkir, harus lebih dari 1 ha. Belum lagi SDM pengajar harus disiapkan menguasai bahasa Inggris pasif maupun aktif untuk percakapan dalam KBM sebagai bahasa pengantar pembelajaran, serta siap mengembangkan diri. Sarana penunjang lainnyapun harus sedemikian pula dipersiapkan berstandart internasional seperti perpustakaan yang memadai dan layak. Koleksi buku – buku harus melebihi angka 1000 judul buku maupun jurnal. Melihat dari persyaratan dan ketentuan di atas tentu hanya sekolah-sekolah SD negeri/swasta yang besar dan kaya saja yang mampu menyiapkan persyaratan tersebut Tentu SD ini berada di kota-kota besar seperti Surabaya. Meskipun pemerintah tidak memberikan dana untuk persiapan menuju RSDBI, tetapi mereka berkecukupan dan mampu membiayai sendiri. Nah apakah SD-SD di daerah memenuhi kriteria tersebut untuk memenuhi label RSDBI ?


Belajar Pengalaman Lintang
Sosok Lintang dalam film Laskar Pelangi adalah sosok siswa yang memiliki kemampuan kecerdasan lebih. Dia belajar di sekolah SD kecil di daerah pelosok tanpa fasilitas yang sangat kurang memadai. Dia lebih unggul dan brilian dibandingkan teman-teman sekelasnya. Tetapi pada akhirnya dia menerima nasib yang semestinya bukan harapan dan impiannya. Ini adalah kejadian nyata yang sering kita jumpai di daerah-daerah. Banyak anak-anak yang dilahirkan dengan kemampuan dan bakat dari alam yang melebihi kecerdasan anak pada umumnya menerima pendidikan kurang layak. Mereka bersekolah di SD negeri/swasta kecil dan diajar dan dididik oleh guru yang berjumlah sedikit dengan kemampuan biasa. Sarana prasarana untuk menunjang proses belajar sama sekali tidak maksimal dan terkesan seadanya. Jangankan computer, koleksi buku perpustakaannya hanya menunjukkan angka 50-100 judul buku dan sudah dikatakan baik. Mereka dihadapkan pada kondisi yang menyedihkan dalam haknya memperoleh pendidikan yang layak tidak terpenuhi. Akhir cerita nasib mereka menjadi orang-orang yang biasa tanpa memiliki kemampuan kreatif untuk mengisi pembangunan bangsa ini, lebih tragis lagi menjadi sampah masyarakat. Inilah kondisi sebagian atau sepenuhnya kendala yang dihadapi SD-SD standart daerah dalam memenuhi kebutuhan siswanya.
Membangun sarana dan prasarana pendidikan tidaklah mudah bagi pemerintah daerah untuk mewujudkan yang terbaik untuk masyarakat. Apalagi usaha untuk memberi pelatihan bagi guru-guru agar mereka menjadi SDM yang unggul membutuhkan anggaran dana yang tidak sedikit. Akibatnya tidaklah mungkin mendirikan RSDBI di daerah/kota kecil walaupun hanya satu sekolah saja. Tetapi apakah semua pihak akan berdiam diri sambil menunggu datangnya keajaiban untuk merubah semua ini?

Mencari Team Work
Mewujudkan RSDBI sebenarnya sangat mudah, walaupun hanya satu sekolah yang dijadikan percontohan RSDBI di tiap-tiap kabupaten/kota di Jawa Timur. Solusi utama adalah perlu kerjasama tim yang solid dan kuat untuk mengadakan dan mewujudkan RSDBI antara Pemerintah kabupaten/kota dengan pihak yang berkompeten dalam mengurusi pendidikan dengan syarat mereka semua memiliki tujuan yang sama yakni ingin memajukan pendidikan di daerahnya. Tidak perlu menunggu anggaran dari pemerintah pusat, semua harus diselesaikan pemerintah daerah dan perlu sedikit kreatifitas untuk mengatasi persoalan ini. Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan kabupaten/kota terlebih dahulu membuat anggaran APBD untuk pendidikan maksimal 20% ataupun disesuaikan dengan kondisi daerah. Hal ini sesuai amanat undang-undang Sisdiknas serta keputusan pemerintah pusat menaikkan dana anggaran pendidikan sebesar 20% mulai tahun 2009. Kemudian Pemerintah kabupaten/kota bekerjasama dengan lembaga-lembaga pelatihan untuk melatih kemampuan guru pengajar di jenjang SD. Pelatihan ini harus melibatkan semua komponen termasuk guru SD yang berbakat dan mau berkembang yang menjadi obyek pelatihan bukan diselewengkan ke pihak lain demi kepentingan individu. Pemerintah daerah juga harus pintar melobi pengusaha swasta daerah untuk menjalin kerjasama membangun sarana prasarana sekolah yang akan dijadikan percontohan RSDBI. Katakanlah menjadikan SD yang sudah ada dahulu untuk disetarakan SSN (Sekolah Standart Nasional) bila sulit untuk membangun dan mendirikan SD baru. Selanjutnya, mulai mencari bibit-bibit unggul yang akan dididik dan ditempa menjadi siswa-siswa yang mampu mengubah potensi daerah masing-masing. Tetapi tidak hanya sekedar mendirikan RSDBI yang memiliki tujuan sesaat dan sama dengan SD-SD standart biasa. Visi dan Misi harus jelas dan dilaksanakan agar ada bedanya RSDBI dengan SD standart biasa. Subhanallah, bila ini terjadi dan terwujud kondisi pemerintahan, perekonomian, dan pembangunan di tiap-tiap kabupaten/kota di Jawa Timur akan mengalami revolusi besar-besaran dalam arti positif kelak di suatu masa. Negara ini akan bangkit kembali dari keterpurukan yang terlalu lama. Semoga langkah kita dengan niat yang suci diridhoiNya.

*) Guru IPS SDBI Al Hikmah

tERJEMAHKAN

Kolom

Label:
Recent Posts
Widget by: Info Blog
 
Loading...

News - Berita

Berita dari ...